Jakarta, POTRETJEMBER.COM - Presiden Jokowi menginstruksikan untuk dilakukan reorientasi pendidikan dan pelatihan vokasi ke arah dema...
Reorientasi pendidikan vokasi ini sangat penting dalam beberapa aspek, dengan tujuan agar Sekolah Menengah Kejuruan dapat menyediakan tenaga kerja terampil yang siap kerja diberbagai sektor ekonomi seperti pertanian, industri, pariwisata, bahkan ekonomi kreatif. Selain itu, agar dapat mengurangi permasalahan pengangguran usia muda,” tegas Teten. Ia memaparkan, pada 2010, tingkat pengangguran usia 15-19 tahun mencapai 23,23 persen, sementara pada 2015, tingkat pengangguran usia yang sama menjadi 31,12 persen atau 3 dari 10 anak muda Indonesia menganggur.
Diharapkan, keberhasilan pendidikan vokasi juga dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja karena 62 persen yang bekerja saat ini memiliki kualifikasi rendah atau paling tinggi lulus SMP. "Kerjasama antara Indonesia dan Belanda melalui nota kesepahaman ini menjadi salah satu inisiatif kongkrit dalam rangka reorientasi pendidikan vokasi,” kata Teten. Ia menekankan, Memorandum of Understanding (MoU) ini sengaja disusun lebih detail dibandingkan dengan MoU lain yang pernah ada. Tujuannya untuk memastikan bahwa setiap langkah, program dan pelaksana kegiatan teridentifikasi secara jelas dan terukur.
Proyek percontohan revitalisasi SMK Pertanian kerjasama dengan Belanda diadakan di dua sekolah yakni SMKN 2 Subang dan SMKN 5 Jember. Hadir dalam pertemuan ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud Hamid Muhammad, Direktur Pembinaan SMK Kemdikbud Mustaghfirin Amin, Bupati Jember Faida dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.
“Kami bersyukur mendapat kepercayaan sebagai pilot project untuk revitalisasi pendidikan vokasi,” kata Bupati Jember. dr Faida menyatakan idenya agar proyek percontohan ini diperluas dengan melibatkan pondok-pondok pesantren. Di Jember, bicara pendidikan tak bisa melepaskan diri dari pondok pesantren. Jember pada dunia pendidikan, terutama dengan adanya program ‘1 desa 1 dosen. (sumber, dr Faida MMR )