POTRETJEMBER.COM - Meski sudah memasuki tahap ketiga pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Dana Desa (DD) pembagiannya sampai saat ...
POTRETJEMBER.COM - Meski sudah memasuki tahap ketiga pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Dana Desa (DD) pembagiannya sampai saat ini masih carut marut, seperti yang terjadi di Dusun Krajan, Desa Lengkong, Kecamatan Mumbulsari Jember. Jum'at (26/6/2020)
Seperti yang dialami Misrawi (55) warga sekitar, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh Tani dan serabutan, selama ini tidak pernah mendapat bantuan sosial apapun dari pemerintah, baik bantuan Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Sosial Tunai (BST) maupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Muzammil selaku pendamping Desa Kecamatan Mumbulsari, saat dikonfirmasi oleh beberapa awak media mengatakan, bahwa memang banyak kasus di wilayahnya, warga yang mendapat bantuan BLT DD, menerima tidak penuh, namun bukan berarti ada pemotongan, tapi sebab lain.
“Memang saat pertama pembagian, banyak yang melaporkan adanya pemotongan, setelah saya telusuri, ternyata potongan itu untuk membayar hutang, dimana penerima BLT tersebut mempunyai hutang kepada petugas yang membagikan, dan ini sudah saya sampaikan kepada seluruh RT agar kalau memang penerima BLT dan dilakukan pemotongan untuk bayar hutang, seharusnya disampaikan saat membagikan,” ujar Muzammil,
Hal senada juga disampaikan oleh Sekretaris Desa Lengkong Santos saat di konfirmasi di kantor Desa menyampaikan kepada sejumlah awak media, bahwa warga di desanya yang menerima BLT sebanyak 222 warga, dan pihaknya sudah mengintruksikan agar tidak ada pemotongan.
Sedangkan untuk kasus Misrawi, dirinya baru tahu, namun bisa jadi memang Misrawi tidak masuk sebagai warga penerima BLT DD, tapi ada warga lain yang menerimanya dan berbagi karena kebaikan hati.
“Kita belum cek datanya, bisa jadi pak Miswari memang tidak masuk di data penerima BLT, tapi karena ada penerima yang baik hati dan mau berbagi, itu sah-sah saja, namanya juga berbagi,” tuturnya.
Ketika ditanya mengenai adanya stiker yang dipasang dirumah Misrawi, Santos mengatakan, bahwa dirinya tidak tahu siapa yang memasang stiker tersebut, sebab stiker memang dipasang saat pembagian tahap kedua, dan yang memasang adalah petugas yang membagikan dengan pendampingan pengurus RT setempat.
“Kalau yang memasang itu siapa, saya tidak tahu, soalnya bukan pemerintah desa yang memasang, tapi ada petugas yang membagikan dengan didampingi pengurus RT, dan kemarin kami juga menegur kepada RT nya terkait kasus ini,” ujar Santos.
Anehnya, saat media ini kembali ke rumah Misrawi, stiker bertuliskan “Warga Miskin Penerima BLT DD” yang dipasang disamping pintu masuk rumahnya sudah tidak ada, Misrawi juga tidak tahu siapa yang mencopot stiker tersebut.
Sementara itu Misrawi warga Dusun Krajan, Desa Lengkon saat di konfirmasi di rumahnya mengatakan, saya baru sekali dapat bantuan ini, tapi hanya 300 ribu saja, itupun tahap kedua, rumah saya pun juga dipasangi stiker sebagai tanda warga penerima BLT DD, karena jumlahnya cuma 300, saya sempat tanya kepada bu RT kok cuma dapat 300 ribu, katanya nama saya tidak ada di data penerima BLT.
Saat di tanya mengenai pemasangan stiker, Misrawi mengatakan, kemarin masih ada, tadi malam saat saya mau berangkat jaga disawah, stiker masih ada, tapi ketika pulang pada jam 3 pagi, stiker tersebut sudah tidak ada. Saya tidak tau siapa yang mencopot stiker itu,” pungkasnya. (*)